
Berpuluh-puluh tahun masyarakat dunia dibuat penasaran tentang isi
struktur daripada otak ilmuwan jenius albert einstein. Berbagai
pertanyaan seperti Apa susunan syaraf yang ada di otak einstein hingga
ia bisa sepintar itu hingga einstein makan apa sih? tentu pernah
sekelebat kita dengar dari masyarakat sekitar.
Einstein memang dikenal sebagai salah satu orang paling jenius yang
pernah hidup di muka bumi. Sebab kejeniusannya itulah banyak peneliti
yang merasa tertantang untuk menguak sisi lain dibalik otak einstein.
Bahkan untuk kepentingan itu, ilmuwan dunia juga telah meminta izin
kepada keluarganya ketika einstein meninggal untuk mengambil bagian
otaknya saja untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Terkait dengan misteri otak einstein itu, baru-baru ini masyarakat
dunia seolah dibukakan tirai misteri ketika sebuah studi terbaru yang
dilakukan di Florida State University bagian penelitian evolusi dan
dipimpin oleh Dean Falk untuk perdana kali menemukan adanya korteks
serebral yang meliputi seluruh otak einstein.
Dari pemeriksaan 14 foto yang baru ditemukan itu, peneliti
mengkomparasi antara otak einstein dengan otak manusia normal pada
umumnya.
Dilansir dari Health24, peneliti mengatakan kalau mengenai ukuran dan
bentuk, otak einstein tak jauh beda dengan manusia normal, namun ada
beberapa bagian di dalam otaknya yang tidak terdapat pada manusia
normal, seperti adanya bagian mirip prefrontal somatosensori, motor
utama, parietal, temporal dan oksipital korteks dalam otak Einstein ini
sangat luar biasa dan mempesona.
Hal Itu merupakan dasar neurologis untuk beberapa kemampuan penting Einstein seperti halnya matematika dan visuospatial.
“Meskipun ukuran keseluruhan dan bentuk asimetris otak Einstein
normal, ada beberapa bagian dalam otaknya yang sangat luar biasa,” tutup
Dean Falk dari Hale G. Smith, Seorang Profesor Antropologi di Florida
State yang juga berperan menjadi kepala peneliti di studi tersebut.